LANDASAN FILSAFAT PENDIDIKAN
A.
LANDASAN
ONTOLOGI PENDIDIKAN
1.
Pengertian
Ontologi
Secara bahasa, ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu on atau ontos yang berarti ada dan logos
yang berarti ilmu. Sedangkan secara terminologi ontologi adalah ilmu tentang hakekat
yang ada sebagai yang ada. Dalam perkembangannya Christian Wolff (1679-1754 M)
membagi metafisika menjadi dua, yaitu metafisika umum dan metafisika khusus.
Metafisika umum dimaksudkan sebagai istilah lain dari ontologi. Sedangkan
metafisika khusus masih dibagi lagi menjadi kosmologi, psikologi, dan teologi. Metafisika
disebut sebagai “induk semua ilmu” karena merupakan kunci untuk menelaah pertanyaan
paling penting yang dihadapi oleh manusia dalam kehidupan, yaitu berkaitan
dengan hakikat wujud. Aspek ontologi diuraikan secara :
a. Metodis : Menggunakan cara ilmiah.
b. Sistematis : Saling berkaitan satu sama lain secara
teratur dalam satu keseluruhan.
c. Koheren : Unsur – unsur harus bertautan tidak boleh
mengandung uraian yang bertentangan.
d. Rasional : Harus berdasarkan pada kaidah berfikir
yang benar (logis)
e. Komprehensif : Melihat obyek tidak hanya dari satu sisi/sudut
pandang, melainkan secara multidimensional atau secara keseluruhan.
f. Radikal : Diuraikan sampai akar persoalan.
g. Universal : Muatan kebenaranya sampai
tingkat umum yang berlaku dimana saja.
Dalam
ontologi kita menghadapi persoalan bagaimanakah kita menjelaskan hakikat dari
segala yang ada ini? Kita dihadapkan pada adanya dua macam kenyataan. Yang
pertama, kenyataan yang berupa materi (kebenaran) dan kedua, kenyataan yang
berupa rohani (kejiwaan). Jadi hakikat adalah kenyataan sebenarnya sesuatu.
Dengan demikian, ontologi adalah
cabang filsafat yang membicarakan prinsip paling dasar atau dalam dari segala sesuatu
yang ada. Kenyataan ini selanjutnya menjurus pada suatu kebenaran.
2.
Hubungan
Ontologi dengan Pendidikan
Ontologi
menjangkau teori dan ilmu pendidikan melalui dunia pengalaman manusia secara
empiris. Yaitu mempelajari mengenai apa yang ingin diketahui manusia dan objek
apa yang diteliti ilmu. Agar pendidikan dalam praktek terbebas dari
keragu-raguan, maka objek formal ilmu pendidikan dibatasi pada manusia
seutuhnya di dalam situasi pendidikan.
Dalam
kaitannya dengan pendidikan, Gutek (1988:2) mengatakan bahwa metafisika
berkaitan dengan perumusan teori dan praktik pendidikan dalam berbagai hal.
Subjek, pengalaman dan keterampilan yang termuat di dalam kurikulum
merefleksikan konsep tentang kenyataan yang diyakini oleh suatu masyarakat yang
menjadi pendukung keberadaan sebuah sekolah.
Persekolahan
mewakili upaya dari pembuat kurikulum, guru-guru dan pengarang buku-buku teks
dalam menggambarkan aspek-aspek kenyataan kepada subjek didik. Contohnya,
pelajaran sejarah, geografi, kimia dan lain-lain menggambarkan fase tertentu
dari kenyataan kepada subjek didik.
Pendidikan
ditujukan untuk mensistematisasikan konsep-konsep dan praktik pendidikan yang
telah dikaji secara metodologis menjadi suatu bentuk pengetahuan tersendiri
yang disebut Ilmu Pendidikan. Dasar ontologi pendidikan adalah objek materi
yang mengatur seluruh kegiatan kependidikan. Jadi hubungan ontologi dengan
pendidikan menempati posisi landasan yang terdasar dari fondasi ilmu dimana
disitulah terletak dasarnya dunia ilmu.
B.
LANDASAN
EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN
1.
Pengertian
Epistemologi
Secara
etimologi, epistemologi merupakan kata gabungan dari dua kata dalam bahasa
Yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme berarti pengetahuan atau kebenaran dan logos berarti pikiran, kata atau teori. Epistemologi
ini membahas isi pikiran manusia, yakni pengetahuan. Epistimologi dapat juga
diartikan sebagai teori pengetahuan yang benar (teori of knowledges).
Epistemologi
adalah salah satu cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan,
sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, metode atau cara memperoleh
pengetahuan, validitas dan kebenaran pengetahuan. Aspek epistemologi adalah
kebenaran fakta atau kenyataan dari sudut pandang mengapa dan bagaimana fakta
itu benar yang dapat diverifikasi atau dibuktikan kebenarannya.
2.
Hubungan
Epistemologi dengan Pendidikan
Pengetahuan
dilihat sebagai jawaban yang mungkin untuk menyelesaikan persoalan. Penerapan
terhadap dunia pendidikan tercermin dalam sikap yang melihat peserta didik
sebagai manusia-manusia yang berorientasi ke masa depan, yang selalu memecahkan
masalah. Pendidikan adalah rekontruksi dan transformasi terus-menerus karena
manusia selalu berinteraksi dengan dunia sekitarnya.
Pertanyaan-pertanyaan
yang muncul dalam epistemologi seperti: apa yang dimaksud dengan pengetahuan
itu sendiri? Apa artinya mengetahui sesuatu? Apa sumber pengetahuan? Bagaimana
kita dapat mempertahankan pendapat bahwa kita mengetahui ketika kita mengklaim
bahwa kita mengetahui? Apakah kita mengetahui dengan cara yang sama dalam semua
mata pelajaran yang terdapat di dalam kurikulum? Jika tidak, jenis pengetahuan
apakah yang mungkin? Jenis pengetahuan mana yang sangat berharga bagi kita?
Epistemologi
membahas konsep dasar dan sangat umum dari proses mengetahui, sehingga erat
kaitanya dengan metode pengajaran dan pembelajaran. Dalam kaitannya dengan
pendidikan, Kneller (1971: 18-19) mengatakan bahwa dipandang dari sudut pandang
guru, satu hal yang sangat jelas dan penting dalam kajian epistemologi adalah
adanya jenis-jenis pengetahuan yang berbeda. Jenis-jenis pengetahuan tersebut
adalah pengetahuan wahyu, pengetahuan intuitif (intuisi), pengetahuan rasional,
pengetahuan empiris, dan pengetahuan otoritatif.
Guru-guru
di dalam kelas memberikan berbagai jenis pengetahuan sesuai dengan disiplin
ilmunya masing-masing. Penting bagi seorang guru mengetahui berbagai jenis
pengetahuan yang diberikannya, apa sumber pengetahuan tersebut, dan bagaimana
tingkat kepercayaan kita pada pengetahuan tersebut. Hal ini akan membantu guru
untuk menyeleksi bahan ajar dan penekanannya pada materi tertentu dalam
mengajar (Akinpelu, 1988:12).
Epistemologi
sangat penting bagi peserta didik. Pencarian akan pengetahuan dan kebenaran
adalah tugas utama baik dalam filsafat/epistemologi maupun pendidikan. Antara
epistemologi dan pendidikan terdapat perbedaan dalam hal prosesnya. Pendidikan
sebagai proses memusatkan perhatiannya pada penanaman pengetahuan oleh guru dan
perolehannya oleh peserta didik. Sedangkan epistemologi menggali lebih dalam sampai
pada akar pengetahuan.
Epistemologi
dalam pendidikan bertujuan untuk mengembangkan ilmu secara produktif dan
bertanggung jawab serta memberikan suatu gambaran-gambaran umum mengenai
kebenaran yang diajarkan dalam proses pendidikan.
Jadi
dapat diketahui bahwa dalam kegiatan pendidikan sangat erat dengan epistemologi
karena pendidikan selalu berkaitan dengan pemberian pengetahuan oleh pendidik,
dan penerimaannya, serta pengembangannya oleh peserta didik. Dalam setiap
pengetahuan yang disampaikan oleh guru dengan berbagai disiplin ilmu
masing-masing terdapat dasar epistemologinya sendiri-sendiri.
C.
LANDASAN
AKSIOLOGI PENDIDIKAN
1.
Pengertian
Aksiologi
Aksiologi
adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu: axios yang berarti nilai. Sedangkan logos berarti teori/ ilmu. Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu
yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya dan membahas
teori-teori nilai dan berusaha menggambarkan kebaikan dan perilaku yang baik.
Pembahasan
aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Pada tahap-tahap tertentu
kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu
masyarakat, sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh
masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya
malah menimbulkan bencana. Dalam aksiologi ada dua penilaian yang umum
digunakan yaitu:
a. Etika
Etika
adalah cabang filsafat yang membahas masalah-masalah moral. Kajian etika lebih
fokus pada perilkau, norma dan adat istiadat manusia. Tujuan dari etika adalah
agar manusia mengetahui dan mampu mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan.
b. Estetika
Estetika
merupakan bidang yang mempersoalkan tentang nilai keindahan. Keindahan
mengandung arti bahwa didalam diri segala sesuatu terdapat unsur-unsur yang tertata
secara tertib dan harmonis dalam satu kesatuan hubungan yang utuh menyeluruh.
Maksudnya adalah suatu objek yang indah bukan hanya berpola baik melainkan
harus juga mempunyai kepribadian.
2.
Hubungan
Aksiologi dengan Pendidikan
Aksiologi
mempelajari mengenai manfaat apa yang diperoleh dari ilmu pengetahuan, menyelidiki
hakikat nilai, serta berisi mengenai etika dan estetika. Dasar aksiologis
pendidikan adalah kemanfaatan teori pendidikan sebagai ilmu yang diperlukan
untuk memberikan dasar yang sebaik-baiknya bagi pendidikan sebagai proses
pembudayaan manusia secara beradab.
Secara
umum, setiap orang dipengaruhi oleh nilai-nilai yang membentuk perilakunya
sepanjang hidup. Anak-anak secara terus-menerus diberitahu bahwa mereka harus
melakukan atau tidak boleh melakukan hal-hal tertentu. Para pendidik selalu
memperhatikan masalah-masalah yang berkaitan dengan pembentukan nilai-nilai
dalam diri para subjek didik dan mendorong ke arah perilaku yang bernilai (Gutek,
1988:3).
Nilai
dan implikasi aksiologi di dalam pendidikan ialah pendidikan menguji dan
mengintegrasikan semua nilai tersebut di dalam kehidupan manusia dan membinanya
di dalam kepribadian anak. Karena untuk mengatakan sesuatu bernilai baik itu
bukanlah hal yang mudah. Apalagi menilai secara mendalam dalam arti untuk
membentuk kepribadian ideal.
Secara
tidak langsung landasan aksiologis pendidikan tercermin di dalam perumusan
tujuan pendidikan. Ketika orang merancang pendidikan, maka ia harus memulainya
dengan merumuskan tujuan yang hendak dicapai. Tujuan pendidikan didasarkan oleh
nilai-nilai yang diyakini yang berusaha untuk diwujudkan tidakan nyata.
Aksiologi memberikan manfaat untuk
mengantisipasi perkembangan kehidupan manusia yang negatif sehingga ilmu
pengetahuan dan teknologi tetap berjalan pada jalur kemanusiaan. Oleh karena
itu daya kerja aksiologi ialah :
a. Menjaga
dan memberi arah agar proses keilmuan dapat menemukan kebenaran, maka prilaku
keilmuan perlu dilakukan dengan penuh kejujuran dan tidak berorientasi pada
kepentingan langsung.
b. Dalam
pemilihan objek penelahaan dapat dilakukan secara etis yang tidak mengubah
kodrat manusia, tidak merendahkan martabat manusia, tidak mencampuri masalah
kehidupan dan netral.
c. Pengembangan
pengetahuan diarahkan untuk meningkatkan taraf hidup yang memperhatikan kodrat
dan martabat manusia serta keseimbangan, kelestarian alam lewat pemanfaatan
ilmu dan temuan-temuan universal.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa landasan aksiologis ilmu pendidikan
adalah konsep nilai yang dijadikan landasan atau dasar dalam teori dan praktik
pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar