Wikipedia

Hasil penelusuran

Jumat, 09 Juni 2017

ARTIKEL LANDASAN FILSAFAT PENDIDIKAN


LANDASAN FILSAFAT PENDIDIKAN


A.    LANDASAN ONTOLOGI PENDIDIKAN
1.      Pengertian Ontologi
Secara bahasa, ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu on atau ontos yang berarti ada dan logos yang berarti ilmu. Sedangkan secara terminologi ontologi adalah ilmu tentang hakekat yang ada sebagai yang ada. Dalam perkembangannya Christian Wolff (1679-1754 M) membagi metafisika menjadi dua, yaitu metafisika umum dan metafisika khusus. Metafisika umum dimaksudkan sebagai istilah lain dari ontologi. Sedangkan metafisika khusus masih dibagi lagi menjadi kosmologi, psikologi, dan teologi. Metafisika disebut sebagai “induk semua ilmu” karena  merupakan kunci untuk menelaah pertanyaan paling penting yang dihadapi oleh manusia dalam kehidupan, yaitu berkaitan dengan hakikat wujud. Aspek ontologi diuraikan secara :
a.       Metodis                       : Menggunakan cara ilmiah.
b.      Sistematis                    : Saling berkaitan satu sama lain secara teratur  dalam satu keseluruhan.
c.       Koheren                       : Unsur – unsur harus bertautan tidak boleh mengandung uraian yang bertentangan.
d.      Rasional                       : Harus berdasarkan pada kaidah berfikir yang benar (logis)
e.       Komprehensif  : Melihat obyek tidak hanya dari satu sisi/sudut pandang, melainkan secara multidimensional atau secara keseluruhan.
f.       Radikal                        : Diuraikan sampai akar persoalan.
g.      Universal                     :  Muatan kebenaranya sampai tingkat umum  yang berlaku dimana saja.

Dalam ontologi kita menghadapi persoalan bagaimanakah kita menjelaskan hakikat dari segala yang ada ini? Kita dihadapkan pada adanya dua macam kenyataan. Yang pertama, kenyataan yang berupa materi (kebenaran) dan kedua, kenyataan yang berupa rohani (kejiwaan). Jadi hakikat adalah kenyataan sebenarnya sesuatu.
            Dengan demikian, ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan prinsip paling dasar atau dalam dari segala sesuatu yang ada. Kenyataan ini selanjutnya menjurus pada suatu kebenaran.


2.      Hubungan Ontologi dengan Pendidikan
Ontologi menjangkau teori dan ilmu pendidikan melalui dunia pengalaman manusia secara empiris. Yaitu mempelajari mengenai apa yang ingin diketahui manusia dan objek apa yang diteliti ilmu. Agar pendidikan dalam praktek terbebas dari keragu-raguan, maka objek formal ilmu pendidikan dibatasi pada manusia seutuhnya di dalam situasi pendidikan.
Dalam kaitannya dengan pendidikan, Gutek (1988:2) mengatakan bahwa metafisika berkaitan dengan perumusan teori dan praktik pendidikan dalam berbagai hal. Subjek, pengalaman dan keterampilan yang termuat di dalam kurikulum merefleksikan konsep tentang kenyataan yang diyakini oleh suatu masyarakat yang menjadi pendukung keberadaan sebuah sekolah.
Persekolahan mewakili upaya dari pembuat kurikulum, guru-guru dan pengarang buku-buku teks dalam menggambarkan aspek-aspek kenyataan kepada subjek didik. Contohnya, pelajaran sejarah, geografi, kimia dan lain-lain menggambarkan fase tertentu dari kenyataan kepada subjek didik.      
Pendidikan ditujukan untuk mensistematisasikan konsep-konsep dan praktik pendidikan yang telah dikaji secara metodologis menjadi suatu bentuk pengetahuan tersendiri yang disebut Ilmu Pendidikan. Dasar ontologi pendidikan adalah objek materi yang mengatur seluruh kegiatan kependidikan. Jadi hubungan ontologi dengan pendidikan menempati posisi landasan yang terdasar dari fondasi ilmu dimana disitulah terletak dasarnya dunia ilmu.

B.     LANDASAN EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN
1.      Pengertian Epistemologi
Secara etimologi, epistemologi merupakan kata gabungan dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme berarti pengetahuan atau kebenaran dan logos berarti pikiran, kata atau teori. Epistemologi ini membahas isi pikiran manusia, yakni pengetahuan. Epistimologi dapat juga diartikan sebagai teori pengetahuan yang benar (teori of knowledges).
Epistemologi adalah salah satu cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, metode atau cara memperoleh pengetahuan, validitas dan kebenaran pengetahuan. Aspek epistemologi adalah kebenaran fakta atau kenyataan dari sudut pandang mengapa dan bagaimana fakta itu benar yang dapat diverifikasi atau dibuktikan kebenarannya.



2.      Hubungan Epistemologi dengan Pendidikan
Pengetahuan dilihat sebagai jawaban yang mungkin untuk menyelesaikan persoalan. Penerapan terhadap dunia pendidikan tercermin dalam sikap yang melihat peserta didik sebagai manusia-manusia yang berorientasi ke masa depan, yang selalu memecahkan masalah. Pendidikan adalah rekontruksi dan transformasi terus-menerus karena manusia selalu berinteraksi dengan dunia sekitarnya.
Pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam epistemologi seperti: apa yang dimaksud dengan pengetahuan itu sendiri? Apa artinya mengetahui sesuatu? Apa sumber pengetahuan? Bagaimana kita dapat mempertahankan pendapat bahwa kita mengetahui ketika kita mengklaim bahwa kita mengetahui? Apakah kita mengetahui dengan cara yang sama dalam semua mata pelajaran yang terdapat di dalam kurikulum? Jika tidak, jenis pengetahuan apakah yang mungkin? Jenis pengetahuan mana yang sangat berharga bagi kita?
Epistemologi membahas konsep dasar dan sangat umum dari proses mengetahui, sehingga erat kaitanya dengan metode pengajaran dan pembelajaran. Dalam kaitannya dengan pendidikan, Kneller (1971: 18-19) mengatakan bahwa dipandang dari sudut pandang guru, satu hal yang sangat jelas dan penting dalam kajian epistemologi adalah adanya jenis-jenis pengetahuan yang berbeda. Jenis-jenis pengetahuan tersebut adalah pengetahuan wahyu, pengetahuan intuitif (intuisi), pengetahuan rasional, pengetahuan empiris, dan pengetahuan otoritatif.
Guru-guru di dalam kelas memberikan berbagai jenis pengetahuan sesuai dengan disiplin ilmunya masing-masing. Penting bagi seorang guru mengetahui berbagai jenis pengetahuan yang diberikannya, apa sumber pengetahuan tersebut, dan bagaimana tingkat kepercayaan kita pada pengetahuan tersebut. Hal ini akan membantu guru untuk menyeleksi bahan ajar dan penekanannya pada materi tertentu dalam mengajar (Akinpelu, 1988:12).
Epistemologi sangat penting bagi peserta didik. Pencarian akan pengetahuan dan kebenaran adalah tugas utama baik dalam filsafat/epistemologi maupun pendidikan. Antara epistemologi dan pendidikan terdapat perbedaan dalam hal prosesnya. Pendidikan sebagai proses memusatkan perhatiannya pada penanaman pengetahuan oleh guru dan perolehannya oleh peserta didik. Sedangkan epistemologi menggali lebih dalam sampai pada akar pengetahuan.
Epistemologi dalam pendidikan bertujuan untuk mengembangkan ilmu secara produktif dan bertanggung jawab serta memberikan suatu gambaran-gambaran umum mengenai kebenaran yang diajarkan dalam proses pendidikan.
Jadi dapat diketahui bahwa dalam kegiatan pendidikan sangat erat dengan epistemologi karena pendidikan selalu berkaitan dengan pemberian pengetahuan oleh pendidik, dan penerimaannya, serta pengembangannya oleh peserta didik. Dalam setiap pengetahuan yang disampaikan oleh guru dengan berbagai disiplin ilmu masing-masing terdapat dasar epistemologinya sendiri-sendiri.

C.    LANDASAN AKSIOLOGI PENDIDIKAN
1.      Pengertian Aksiologi
Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu: axios yang berarti nilai. Sedangkan logos berarti teori/ ilmu. Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya dan membahas teori-teori nilai dan berusaha menggambarkan kebaikan dan perilaku yang baik.
Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat, sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya malah menimbulkan bencana. Dalam aksiologi ada dua penilaian yang umum digunakan yaitu:
a.       Etika
Etika adalah cabang filsafat yang membahas masalah-masalah moral. Kajian etika lebih fokus pada perilkau, norma dan adat istiadat manusia. Tujuan dari etika adalah agar manusia mengetahui dan mampu mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan.
b.      Estetika
Estetika merupakan bidang yang mempersoalkan tentang nilai keindahan. Keindahan mengandung arti bahwa didalam diri segala sesuatu terdapat unsur-unsur yang tertata secara tertib dan harmonis dalam satu kesatuan hubungan yang utuh menyeluruh. Maksudnya adalah suatu objek yang indah bukan hanya berpola baik melainkan harus juga mempunyai kepribadian.

2.      Hubungan Aksiologi dengan Pendidikan
Aksiologi mempelajari mengenai manfaat apa yang diperoleh dari ilmu pengetahuan, menyelidiki hakikat nilai, serta berisi mengenai etika dan estetika. Dasar aksiologis pendidikan adalah kemanfaatan teori pendidikan sebagai ilmu yang diperlukan untuk memberikan dasar yang sebaik-baiknya bagi pendidikan sebagai proses pembudayaan manusia secara beradab.
Secara umum, setiap orang dipengaruhi oleh nilai-nilai yang membentuk perilakunya sepanjang hidup. Anak-anak secara terus-menerus diberitahu bahwa mereka harus melakukan atau tidak boleh melakukan hal-hal tertentu. Para pendidik selalu memperhatikan masalah-masalah yang berkaitan dengan pembentukan nilai-nilai dalam diri para subjek didik dan mendorong ke arah perilaku yang bernilai (Gutek, 1988:3).
Nilai dan implikasi aksiologi di dalam pendidikan ialah pendidikan menguji dan mengintegrasikan semua nilai tersebut di dalam kehidupan manusia dan membinanya di dalam kepribadian anak. Karena untuk mengatakan sesuatu bernilai baik itu bukanlah hal yang mudah. Apalagi menilai secara mendalam dalam arti untuk membentuk kepribadian ideal.
Secara tidak langsung landasan aksiologis pendidikan tercermin di dalam perumusan tujuan pendidikan. Ketika orang merancang pendidikan, maka ia harus memulainya dengan merumuskan tujuan yang hendak dicapai. Tujuan pendidikan didasarkan oleh nilai-nilai yang diyakini yang berusaha untuk diwujudkan tidakan nyata.
            Aksiologi memberikan manfaat untuk mengantisipasi perkembangan kehidupan manusia yang negatif sehingga ilmu pengetahuan dan teknologi tetap berjalan pada jalur kemanusiaan. Oleh karena itu daya kerja aksiologi ialah :
a.       Menjaga dan memberi arah agar proses keilmuan dapat menemukan kebenaran, maka prilaku keilmuan perlu dilakukan dengan penuh kejujuran dan tidak berorientasi pada kepentingan langsung.
b.      Dalam pemilihan objek penelahaan dapat dilakukan secara etis yang tidak mengubah kodrat manusia, tidak merendahkan martabat manusia, tidak mencampuri masalah kehidupan dan netral.
c.       Pengembangan pengetahuan diarahkan untuk meningkatkan taraf hidup yang memperhatikan kodrat dan martabat manusia serta keseimbangan, kelestarian alam lewat pemanfaatan ilmu dan temuan-temuan universal.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa landasan aksiologis ilmu pendidikan adalah konsep nilai yang dijadikan landasan atau dasar dalam teori dan praktik pendidikan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar