Wikipedia

Hasil penelusuran

Kamis, 01 Februari 2018

TAKDIR, KETETAPAN TUHAN DAN HUKUM ALAM

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Bagi umat islam, takdir merupakan bagian dari pada aqidah, karena merupakan bagian iman terhadap Qadha dan Qadar. Kata takdir ini merupakan kata yang berasal dari Qadar. Takdir adalah suatu ketetapan garis kehidupan seseorang. Hal ini dinyatakan dalam Qur'an bahwa segala sesuatu yang terjadi terhadap diri seorang sudah tertulis. Takdir adalah ide bahwa Allah telah menciptakan setiap kejadian, masa lalu, masa kini dan masa depan. Ini berarti tiap-tiap kejadian, mulai dari penciptaan alam semesta hingga hari kiamat telah berlangsung dan berakhir dalam pandangan Allah.
Terkait dengan fenomena takdir, kelemahan manusia adalah ketidaktahuan akan takdir. Manusia tidak tahu apa yang sebenarnya akan terjadi. Kemampuan berfikirnya memang dapat membawa dirinya kepada perhitungan, proyeksi dan perencanaan yang canggih. Namun setelah diusahakan realisasinya tidak selalu sesuai dengan keinginannya. Manusia hanya tahu takdirnya setelah terjadi. Meskipun demikian manusia masih boleh berusaha dan berdo’a.
Kematian, kelahiran, rizki, nasib, jodoh, bahagia, dan celaka telah ditetapkan sesuai ketentuan-ketentuan Allah yang tidak pernah diketahui oleh manusia. Dengan tidak adanya pengetahuan tentang ketetapan dan ketentuan Allah, maka manusia harus berlomba-lomba menjadi hamba yang saleh, dan berusaha keras untuk menggapai cita-cita tertinggi yang diinginkan setiap muslim yaitu menjadi penghuni Surga.
Pemahaman tentang takdir sangat penting bagi seorang muslim. Sebab pemahaman tentang takdir ini akan menentukan arah dan sikap seorang muslim terhadap berbagai hal yang terjadi selama hidupnya.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa itu takdir?
2.      Apa saja macam-macam takdir?
3.      Jelaskan tentang takdir kematian, rizki, jodoh dan kebahagiaan!
4.      Apa hubungan takdir dan hukum alam?
5.      Apakah faedah mangimani takdir?


C.    Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui pengertian takdir.
2.      Mengetahui macam-macam takdir.
3.      Mengetahui takdir kematian, rizki, jodoh dan kebahagiaan.
4.      Mengetahui hubungan takdir dan hukum alam.
5.      Mengetahui faedah mengimani takdir.



BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Takdir
Kata takdir (taqdir) diambil dari kata qaddara yang secara bahasa berarti ukuran, batasan atau ketentuan, mengukur, memberi kadar atau ukuran. Ukuran yang sudah ditentukan Tuhan sejak zaman azali baik atau buruknya sesuatu, tetapi boleh berubah jika ada usaha untuk merubahnya. Sehingga, jika Allah telah mentakdirkan sesuatu, maka itu berarti bahwa Allah telah memberi kadar/ ukuran/ batas tertentu dalam diri, sifat atau kemampuan maksimal makhluknya. Kemampuan pada diri manusia inilah yang boleh berubah, dan terkadang memang mengalami perubahan disebabkan oleh usaha manusia itu sendiri. Segala peristiwa yang terjadi di alam raya ini, dari sisi kejadiannya, dalam kadar atau ukuran tertentu, pada tempat dan waktu tertentu, itulah yang disebut takdir.
Sedangkan menurut istilah takdir adalah suatu ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah Swt, menurut ilmu dan kehendak-Nya, baik sesuatu yang pasti terjadi ataupun telah terjadi, maupun sesuatu yang akan terjadi dimasa datang.
Kata takdir juga bermakna menyerahkan sagala sesuatu kepada Allah, yang akan terjadi maupun yang telah terjadi. Maksudnya, mengembalikan segala sesuatu yang akan terjadi dan yang telah terjadi seluruhnya kepada kehendak dan ketetapan Allah.  Takdir seseorang tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah.
Takdir memiliki empat tingkatan yang semuanya wajib diimani, yaitu :
1.      Al-‘Ilmu
Seseorang harus menyakini bahwa Allah mengetahui segala sesuatu baik secara keseluruhan maupun terperinci. Dia mengetahui apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi karena segala sesuatu diketahui oleh Allah secara detail.
2.      Al-Manusiabah
Allah mencatat segala sesuatu dalam Lauhil Mahfuz dan tulisan itu tetap ada sampai hari Kiamat. Walaupun itu telah terjadi pada masa yang lalu, masa sekarang dan apa yang akan terjadi pada masa yang akan mendatang.
3.      Al-Masyi’ah
Kehendak Allah bersifat umum karena Allah mempunyai kehendak terhadap segala sesuatu yang terjadi di bumi dan di langit dan tidak ada sesuatu pun yang terjadi kecuali atas kehendak-Nya. Didalam Al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang menunjukkan bahwa apabila Allah menghendaki sesuatu, tidak ada yang bisa menghalangi kehendak-Nya tersebut dan begitu juga sebaliknya.
4.      Al-Khalqu
Allah sebagai pencipta, pemilik, pengatur dan menguasai segala sesuatu apapun yang ada di langit dan bumi.

Allah menciptakan segala sesuatu dengan kehendak-Nya dan Maha Mengetahui  segala sesuatu dengan jelas. Oleh sebab itu, Allah menakdirkan segala sesuatu yang sesuai dengan  kebutuhan (kehendak) setiap manusia.
Takdir tidak sedikitpun bertentangan dengan kehendak manusia. Didalam diri seseorang diberikan kekuatan mendukung kebutuhannya untuk melakukan segala amal-amal kebaikan menuju surga. Manusia juga diberi kekuatan untuk melakukan amal-amal kejahatan dan dosa yang menyebabkan mereka masuk ke neraka. Dalam menghadapi ketetapan tersebut, manusia masih diberikan kebebasan untuk memilih mana yang terbaik bagi diri mereka.
Oleh karena itu, permasalahan takdir tidak bisa dilepaskan dari ketetapan Tuhan dan pilihan manusia. Karena dalam melaksanakan ketetapannya,  Allah selalu memberikan sebab-sebab yang bisa diterima akal manusia, walaupun terkadang tidak sesuai dengan apa yang ada di dalam pikiran manusia.

B.     Macam-Macam Takdir
1.      Takdir Mua’llaq
Dalam bahasa arab,  mu’allaq artinya sesuatu yang digantungkan atau ditunda. Takdir Mua’llaq adalah takdir yang erat kaitannya dengan ikhtiar seseorang atau usaha menurut kemampuan yang ada pada manusia. Takdir ini dapat diubah dan manusia diberi akal dan hati nurani untuk memilihnya. Jadi Allah menunda pelaksanaan keputusan-Nya dan menggantungkannya kepada usaha manusia sendiri. Dengan kata lain, ketentuan Allah tersebut juga tergantung dari usaha atau rekayasa dari manusia.
Dalam hal ini Allah swt berfirman : “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan dibelakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. (Q.S. Ar-Ra’ad :11)

Beberapa contoh takdir Mu’allaq antara lain adalah kekayaan, kepandaian, dan kesehatan. Orang yang meyakini takdir Allah, tidak boleh pasrah begitu saja kepada nasib karena Allah memberikan akal yang bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Sebagai contoh, seorang siswa bercita-cita ingin menjadi guru. Untuk mencapai cita-citanya itu ia belajar dengan tekun. Akhirnya apa yang ia cita-citakan menjadi kenyataan.
Dalam syarah manusiab hadist Arba’in Nawawi dijelaskan bahwa takdir muallaq merupakan takdir yang tergantung yang dikelompokkan menjadi dua macam takdir:
a.       Takdir Dalam Lauhul Mahfuzd
Takdir yang ada dalam lauhul mahfuzd. Takdir ini mungkin dapat berubah.
b.      Takdir yang Diikuti Sebab Akibat
Takdir atas kehendak Allah SWT namun penyebab adanya takdir itu bisa dirubah dengan perbuatan-perbuatan manusia. Seperti dengan do’a dan usaha.

Apabila manusia itu berbuat kebaikan dan keburukan, hal ini timbul dari kesadaran sepenuhnya sebagai manusia yang bertanggung jawab atas tingkah laku perbuatannya. Maka kebaikan yang dilakukannya itu adalah sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya. Sebaliknya bila ia berbuat kejahatan, maka perbuatan yang dilakukannya itu adalah salah.

2.      Takdir Mubram
Dalam bahasa Arab, mubram artinya sesuatu yang sudah pasti, tidak dapat dielakkan. Takdir Mubram adalah takdir yang pasti terjadi pada diri manusia dan tidak dapat diusahakan, tidak dapat untuk dielakkan atau tidak dapat ditawar. Takdir ini telah ditetapkan oleh Allah SWT dan manusia tidak mempunyai kesempatan untuk memilih atau mengubahnya.
Contoh takdir mubram antara lain :
a.       Waktu ajal seseorang tiba.
b.      Usia seseorang
c.       Jenis kelamin seseorang
d.      Warna darah yang merah
e.       Bumi mengelilingi matahari
f.       Bulan mengelilingi bumi

Seperti dijelaskan dalam syarah manusiab Hadist Arba’in Nawawi, takdir mubram dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu :
a.       Takdir dalam Ilmu Allah SWT
Takdir ini tidak mungkin dapat berubah.
b. Takdir Dalam Kandungan
Takdir dalam kandungan, yaitu malaikat diperintahkan untuk mencatat rizki, umur, amal, dan celaka atau bahagia kah bayi yang ada dalam kandungan tersebut. Maka takdir ini termasuk dalam takdir yang tidak dapat dirubah yang telah digariskan.

C.    Takdir Kematian, Rizki, Jodoh dan Kebahagiaan
Kasus yang paling sering dijadikan contoh dalam memahami takdir Allah adalah rezeki, jodoh dan kematian. Menurut konsep takdir, rezeki, jodoh dan kematian adalah ketetapan mutlak sebelum seorang manusia dilahirkan. Karena itu manusia tidak bisa menolaknya ataupun mengejarnya.
Kematian manusia adalah akhir kehidupan seseorang atau habisnya umur seseorang. Artinya, saat ajal seseorang itu tiba, saat itu pula kematian datang menjemputnya. Datangnya ajal adalah pasti, tidak bisa dimajukan ataupun dimundurkan. Berjihad, berdakwah, amar makruf nahi mungkar, dan sebagainya, tidak akan menyegerakan ajal atau mengurangi umur. Begitu pula berdiam diri, tidak berjihad, tidak berdakwah, tidak beramar makruf nahi mungkar, dan tidak melakukan perbuatan yang berisiko mendatangkan kematian, Sesungguhnya tidak akan bisa memundurkan kematian dan tidak akan memperpanjang umur. Semua itu jelas dan tegas dinyatakan oleh ayat-ayat al-Quran.
Rezeki seseorang sudah ditetapkan Allah, maka apapun yang terjadi, manusia tidak bisa mengubah-ubah perolehan rezeki manusia. Sehebat apapun usaha untuk mencari rezeki kalau Allah sudah mentakdirkan miskin sebelum manusia lahir, maka miskinlah yang manusia dapatkan, dan sebaliknya. Banyak orang yang telah berusaha dengan segenap tenaga dan pikirannya, tetapi rezeki tidak datang, bahkan tidak jarang justru merugi. Sebaliknya, sangat banyak fakta bahwa rezeki datang kepada seseorang tanpa dia melakukan usaha apapun.
Ini menunjukkan bahwa usaha bukan sebab bagi datangnya rezeki. Rezeki tidak berada di tangan manusia. Allah  yang menentukan rezeki itu datang kepada manusia dan Dia memberinya kepada manusia menurut kehendak-Nya. Takdir kematian atau rezeki mempunyai peranan penting dalam memantapkan akidah serta menumbuhkembangkan semangat pengabdian. Manusia harus yakin terhadap adanya ketetapan Allah, sebelum sampai pada ketetapan tersebut manusia harus aktif dan berpartisipasi. Keaktifan dan partisipasi merupakan wujud ibadah kepada Allah.
Banyak orang yang berharap untuk segera dipertemukan dengan jodohnya, namun kadang kala hingga diusia senja tak pula kunjung mendapatkan jodoh. Biasanya, jodoh tak kunjung datang itu akibat dari pribadi yang tidak mau berusaha dan berbenah diri untuk mencari alasan mengapa jodoh tak juga menghampiri manusia. Padahal, sesuai dengan yang telah di janjikan oleh Allah bahwa manusia diciptakan berpasang-pasangan, artinya Allah memang telah mempersiapkan seseorang untuk dijodohkan dengan manusia. Tidak mungkin Allah ingkar, karena Allah maha menepati janji.
Allah mendorong hamba-hambaNya untuk berusaha maksimal selain itu juga penting untuk beribadah. Selain itu Allah juga memerintahkan manusia untuk mencari kenikmatan dan kebahagiaan duniawi dan ukhrowi. Karena keduanya membentuk keseimbangan yang harmonis.

D.    Hubungan Takdir dan Hukum Alam
Takdir adalah ketentuan Allah yang diberlakukan pada alam semesta (hukum alam).
Segala kehendak Tuhan telah diwujudkan dalam bentuk takdir/hukum alam. Kemudian Tuhan mengikatkan kehendakNya pd takdir/hukum alam ini. Takdir tidak pernah keluar dari hukum alam/sunnatullah.
Mekanisme alam atau sunnatullah adalah suatu ketentuan yang telah ditetapkan Allah demi keteraturan, keserasian, dan keharmonisan alam  serta kesejahteraan manusia yang hidup di dunia . Atau dengan kata lain, sunnatullah dapat diartikan sebagai hukum-hukum Allah yang berlaku di alam raya ini atau biasa disebut sebagai hukum alam. Hukum-hukum Allah diantaranya ada hukum yang berkaitan dengan alam raya dan ada pula hukum yang berkaitan dengan manusia. Kalau hukum Allah yang berlaku bagi manusia dalam kehidupan bermasyarakat, disebut sunnatullah, kalau hukum yang berlaku antara manusia dengan alam disebut dengan takdir.
Hukum ini berlaku juga untuk mukjizat, ia tidak akan menyimpang dari hukum alam. Ada hadist yang menerangkan bahwa umur, rizki, dan jodoh sudah ditentukan. Tuhan menentukan hukum kematian, hukum mendapat rizki dan hukum mendapat jodoh sama pada manusia.  Tentang kapan manusia mati, berapa rizki manusia, dan siapa jodoh manusia tergantung seperti apa manusia menerapkan hukum yang ditentukan Tuhan pada alam ini.
Quraish shihab berpendapat bahwa sunnahtullah dan takdir itu berbeda, karena sunnahtullah digunakan dalam al-Quran untuk hukum-hukum Tuhan yang pasti berlaku bagi masyarakat, sedangkan takdir mencangkup hukum-hukum  kemasyarakatan dan hukum-hukum alam.

E.     Faedah Mengimani Takdir
Beberapa hal yang berkaitan dengan takdir :
1.      Jagat raya ini semuanya berjalan menurut hukum universal Allah SWT kepada makhluknya.
2.      Dalam diri manusia ada roh, dengan roh itulah manusia hidup. Manusia  sama sekali tidak punya kekuasaan terhadap roh itu.
3.      Setiap manusia lahir kedunia bukan atas kehendaknya sendiri. Manusia lahir tidak memilih bangsa dan tanah air. Semuanya terlepas dari kehendak dan kekuasaan manusia.
4.      Pada diri tiap-tiap orang memiliki watak,pembawaan lahir dan bakat yang berbeda satu sama lain. Masalah tersebut diluar kehendak manusia, melainkan takdir Allah.
5.      Tidak ada seorangpun yang ingin sakit atau gagal. Namun manusia dihadapkan kepada kenyataan, bahwa pada saat yang tak terduga secara tiba-tiba sakit dan gagal. Maka sakit dan gagal bukanlah kehendak manusia. Semuanya adalah peranan takdir.

Adapun beberapa faedah mengimani dan mengetahui takdir- takdir Allah, diantaranya yaitu:
1.      Memberikan keseimbangan jiwa, tidak berputus asa karena sesuatu kegagalan dan tidak pula membanggakan diri atau sombong karena sesuatu nikmat.
2.      Menjadikan suatu peningkatan ketakwaan. Keberuntungan maupun kegagalan dapat dianggap sebagai ujian dari Allah SWT. Ujian akan menilai kualitas iman seseorang dan untuk meningkatkan takwa, sebagai modal hidup yang paling berharga sebagai seorang muslim.
3.      Tidak sombong ketika mendapatkan kesenangan dan tidak sedih ketika musibah. Mengimani takdir bukan berarti menyerah pada nasib. Orang yang menyerah pada nasib menjadikannya malas dan lamban, serta berhenti pada titik kegagalannya. Sementara itu, orang yang beriman pada takdir justru tak akan berlarut-larut dalam kesedihan dan tak akan tenggelam dalam kegagalan. Sadar bahwa apa yang ia raih semata-mata karena takdir Allah SWT.
4.      Menumbuhkan sifat ridha dan yakin dengan apa yang terjadi. Dengan sebab itu, dia akan mendapatkan hidayah dari Allah
5.      Menjadi motivasi untuk dihapuskannya dosa.
6.      Menjadi dorongan mendapat balasan yang besar dari Allah
7.      Menjadi seorang yang kaya hati (senantiasa merasa cukup dengan pemberian Allah ).
8.      Menumbuhkan keberanian
9.      Tidak takut terhadap kejahatan manusia
10.  Tidak takut mati
11.  Tidak bersedih karena sesuatu yang luput darinya
12.  Bersandar hanya kepada Allah ketika melakukan sebab (ikhtiar) sehingga tidak bersandar kepada sebab-sebab semata, karena segala sesuatu terjadi dengan takdir Allah




BAB III
PENUTUP


A.    KESIMPULAN
Menurut istilah takdir adalah suatu ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah, menurut ilmu dan kehendak-Nya, baik sesuatu yang pasti terjadi yaitu telah terjadi maupun sesuatu yang akan terjadi dimasa yang akan datang.  Yang tidak bisa dihindari oleh manusia jika waktunya telah tiba, akan tetapi dalam menghadapi ketetapan tersebut, manusia masih diberikan kebebasan untuk memilih mana yang terbaik bagi diri mereka.
Dapatlah disimpulkan bahwa didalam menghadapi cobaan atau musibah yang datangnya dari Allah ada hal-hal yang harus kita terima apa adanya karena kita harus menerimanya dengan penuh kesabaran dan kerelaan. Namun ada pula ketentuan yang dituntut kepada kita supaya berikhtiar untuk merubahnya. Dalam hal ini, jika kita tidak berusaha untuk merubah kearah yang lebih baik, maka kesalahan akan ditimpakan kepada diri kita sendiri, karena segala sesuatu itu dikehendaki Allah, tetapi Allah juga bisa merubah yang dikehendaki jika manusia itu mau ikhtiar.

B.     SARAN
Demikian makalah ini saya susun, semoga dengan membaca makalah ini dapat dijadikan pedoman kita dalam melangkah, menerapkan dan menjaga keimanan dalam mempercayai takdir sesuai dengan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Apabila ada kekurangan dalam penulisan makalah ini, saya mohon maaf yang setulus-tulusnya.



 DAFTAR PUSTAKA


Ahmad Muhammad. 2002. Tauhid Ilmu Kalam. Bandung: Pustaka Setia.
Ali, Mohammad Daud. 1998. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
Miftah Faridl. 1995. Pokok-pokok Ajaran Islam. Bandung: Penerbit Pustaka.
Muhammad Chirzin. 1997.  Konsep & Hikmah Akidah Islam. Yogyakarta : Mitra Pustaka
Murtadha Muthahhari. 2003. Pengantar Ilmu-ilmu Islam. Jakarta: Pustaka Zahra.
Sahilun A.Nasir. 2010. Pemikiran Kalam: Teologi Islam. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Shihab, M. Quraish. 2013. Wawasan Al-Qur’an. Bandung: Mizan Media Utama.
Syed Mahmudunnasir. 1994. Islam, Konsepsi dan Sejarahnya. Bandung: Rosdakarya.
Toto Suryana, Dkk. 1996. Pendidikan Agama Islam. Bandung: Tiga Mutiara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar