BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Bagi
umat islam, takdir merupakan bagian dari pada aqidah, karena merupakan bagian
iman terhadap Qadha dan Qadar. Kata takdir ini merupakan kata yang berasal dari
Qadar. Takdir adalah suatu ketetapan garis kehidupan seseorang. Hal ini
dinyatakan dalam Qur'an bahwa segala sesuatu yang terjadi terhadap diri seorang
sudah tertulis. Takdir adalah ide bahwa Allah telah menciptakan setiap
kejadian, masa lalu, masa kini dan masa depan. Ini berarti tiap-tiap kejadian,
mulai dari penciptaan alam semesta hingga hari kiamat telah berlangsung dan
berakhir dalam pandangan Allah.
Terkait
dengan fenomena takdir, kelemahan manusia adalah ketidaktahuan akan takdir.
Manusia tidak tahu apa yang sebenarnya akan terjadi. Kemampuan berfikirnya
memang dapat membawa dirinya kepada perhitungan, proyeksi dan perencanaan yang
canggih. Namun setelah diusahakan realisasinya tidak selalu sesuai dengan
keinginannya. Manusia hanya tahu takdirnya setelah terjadi. Meskipun demikian manusia
masih boleh berusaha dan berdo’a.
Kematian,
kelahiran, rizki, nasib, jodoh, bahagia, dan celaka telah ditetapkan sesuai
ketentuan-ketentuan Allah yang tidak pernah diketahui oleh manusia. Dengan
tidak adanya pengetahuan tentang ketetapan dan ketentuan Allah, maka manusia
harus berlomba-lomba menjadi hamba yang saleh, dan berusaha keras untuk
menggapai cita-cita tertinggi yang diinginkan setiap muslim yaitu menjadi
penghuni Surga.
Pemahaman
tentang takdir sangat penting bagi seorang muslim. Sebab pemahaman tentang
takdir ini akan menentukan arah dan sikap seorang muslim terhadap berbagai hal
yang terjadi selama hidupnya.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
itu takdir?
2. Apa
saja macam-macam takdir?
3. Jelaskan
tentang takdir kematian, rizki, jodoh dan kebahagiaan!
4. Apa
hubungan takdir dan hukum alam?
5. Apakah
faedah mangimani takdir?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Mengetahui
pengertian takdir.
2. Mengetahui
macam-macam takdir.
3. Mengetahui
takdir kematian, rizki, jodoh dan kebahagiaan.
4. Mengetahui
hubungan takdir dan hukum alam.
5. Mengetahui
faedah mengimani takdir.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Takdir
Kata
takdir (taqdir) diambil dari kata qaddara yang secara bahasa berarti ukuran,
batasan atau ketentuan, mengukur, memberi kadar atau ukuran. Ukuran yang sudah
ditentukan Tuhan sejak zaman azali baik atau buruknya sesuatu, tetapi boleh
berubah jika ada usaha untuk merubahnya. Sehingga, jika Allah telah
mentakdirkan sesuatu, maka itu berarti bahwa Allah telah memberi kadar/ ukuran/
batas tertentu dalam diri, sifat atau kemampuan maksimal makhluknya. Kemampuan
pada diri manusia inilah yang boleh berubah, dan terkadang memang mengalami
perubahan disebabkan oleh usaha manusia itu sendiri. Segala peristiwa yang
terjadi di alam raya ini, dari sisi kejadiannya, dalam kadar atau ukuran
tertentu, pada tempat dan waktu tertentu, itulah yang disebut takdir.
Sedangkan
menurut istilah takdir adalah suatu ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah
Swt, menurut ilmu dan kehendak-Nya, baik sesuatu yang pasti terjadi ataupun
telah terjadi, maupun sesuatu yang akan terjadi dimasa datang.
Kata
takdir juga bermakna menyerahkan sagala sesuatu kepada Allah, yang akan terjadi
maupun yang telah terjadi. Maksudnya, mengembalikan segala sesuatu yang akan
terjadi dan yang telah terjadi seluruhnya kepada kehendak dan ketetapan
Allah. Takdir seseorang tidak ada yang
mengetahuinya kecuali Allah.
Takdir
memiliki empat tingkatan yang semuanya wajib diimani, yaitu :
1. Al-‘Ilmu
Seseorang
harus menyakini bahwa Allah mengetahui segala sesuatu baik secara keseluruhan maupun
terperinci. Dia mengetahui apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi
karena segala sesuatu diketahui oleh Allah secara detail.
2. Al-Manusiabah
Allah
mencatat segala sesuatu dalam Lauhil Mahfuz dan tulisan itu tetap ada sampai
hari Kiamat. Walaupun itu telah terjadi pada masa yang lalu, masa sekarang dan
apa yang akan terjadi pada masa yang akan mendatang.
3. Al-Masyi’ah
Kehendak
Allah bersifat umum karena Allah mempunyai kehendak terhadap segala sesuatu
yang terjadi di bumi dan di langit dan tidak ada sesuatu pun yang terjadi
kecuali atas kehendak-Nya. Didalam Al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang
menunjukkan bahwa apabila Allah menghendaki sesuatu, tidak ada yang bisa
menghalangi kehendak-Nya tersebut dan begitu juga sebaliknya.
4. Al-Khalqu
Allah
sebagai pencipta, pemilik, pengatur dan menguasai segala sesuatu apapun yang
ada di langit dan bumi.
Allah
menciptakan segala sesuatu dengan kehendak-Nya dan Maha Mengetahui segala sesuatu dengan jelas. Oleh sebab itu,
Allah menakdirkan segala sesuatu yang sesuai dengan kebutuhan (kehendak) setiap manusia.
Takdir
tidak sedikitpun bertentangan dengan kehendak manusia. Didalam diri seseorang diberikan
kekuatan mendukung kebutuhannya untuk melakukan segala amal-amal kebaikan
menuju surga. Manusia juga diberi kekuatan untuk melakukan amal-amal kejahatan
dan dosa yang menyebabkan mereka masuk ke neraka. Dalam menghadapi ketetapan
tersebut, manusia masih diberikan kebebasan untuk memilih mana yang terbaik
bagi diri mereka.
Oleh
karena itu, permasalahan takdir tidak bisa dilepaskan dari ketetapan Tuhan dan
pilihan manusia. Karena dalam melaksanakan ketetapannya, Allah selalu memberikan sebab-sebab yang bisa
diterima akal manusia, walaupun terkadang tidak sesuai dengan apa yang ada di
dalam pikiran manusia.
B.
Macam-Macam
Takdir
1. Takdir
Mua’llaq
Dalam
bahasa arab, mu’allaq artinya sesuatu
yang digantungkan atau ditunda. Takdir Mua’llaq adalah takdir yang erat kaitannya
dengan ikhtiar seseorang atau usaha menurut kemampuan yang ada pada manusia. Takdir
ini dapat diubah dan manusia diberi akal dan hati nurani untuk memilihnya. Jadi
Allah menunda pelaksanaan keputusan-Nya dan menggantungkannya kepada usaha
manusia sendiri. Dengan kata lain, ketentuan Allah tersebut juga tergantung
dari usaha atau rekayasa dari manusia.
Dalam
hal ini Allah swt berfirman : “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu
mengikutinya bergiliran, di muka dan dibelakangnya, mereka menjaganya atas
perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya;
dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. (Q.S. Ar-Ra’ad :11)
Beberapa
contoh takdir Mu’allaq antara lain adalah kekayaan, kepandaian, dan kesehatan.
Orang yang meyakini takdir Allah, tidak boleh pasrah begitu saja kepada nasib karena
Allah memberikan akal yang bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Sebagai
contoh, seorang siswa bercita-cita ingin menjadi guru. Untuk mencapai
cita-citanya itu ia belajar dengan tekun. Akhirnya apa yang ia cita-citakan
menjadi kenyataan.
Dalam
syarah manusiab hadist Arba’in Nawawi dijelaskan bahwa takdir muallaq merupakan
takdir yang tergantung yang dikelompokkan menjadi dua macam takdir:
a. Takdir
Dalam Lauhul Mahfuzd
Takdir
yang ada dalam lauhul mahfuzd. Takdir ini mungkin dapat berubah.
b. Takdir
yang Diikuti Sebab Akibat
Takdir
atas kehendak Allah SWT namun penyebab adanya takdir itu bisa dirubah dengan
perbuatan-perbuatan manusia. Seperti dengan do’a dan usaha.
Apabila
manusia itu berbuat kebaikan dan keburukan, hal ini timbul dari kesadaran
sepenuhnya sebagai manusia yang bertanggung jawab atas tingkah laku
perbuatannya. Maka kebaikan yang dilakukannya itu adalah sesuatu yang
bermanfaat bagi dirinya. Sebaliknya bila ia berbuat kejahatan, maka perbuatan
yang dilakukannya itu adalah salah.
2. Takdir
Mubram
Dalam
bahasa Arab, mubram artinya sesuatu yang sudah pasti, tidak dapat dielakkan. Takdir
Mubram adalah takdir yang pasti terjadi pada diri manusia dan tidak dapat
diusahakan, tidak dapat untuk dielakkan atau tidak dapat ditawar. Takdir ini telah
ditetapkan oleh Allah SWT dan manusia tidak mempunyai kesempatan untuk memilih
atau mengubahnya.
Contoh
takdir mubram antara lain :
a. Waktu
ajal seseorang tiba.
b. Usia
seseorang
c. Jenis
kelamin seseorang
d. Warna
darah yang merah
e. Bumi
mengelilingi matahari
f. Bulan
mengelilingi bumi
Seperti
dijelaskan dalam syarah manusiab Hadist Arba’in Nawawi, takdir mubram
dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu :
a. Takdir
dalam Ilmu Allah SWT
Takdir
ini tidak mungkin dapat berubah.
b.
Takdir Dalam Kandungan
Takdir
dalam kandungan, yaitu malaikat diperintahkan untuk mencatat rizki, umur, amal,
dan celaka atau bahagia kah bayi yang ada dalam kandungan tersebut. Maka takdir
ini termasuk dalam takdir yang tidak dapat dirubah yang telah digariskan.
C.
Takdir
Kematian, Rizki, Jodoh dan Kebahagiaan
Kasus
yang paling sering dijadikan contoh dalam memahami takdir Allah adalah rezeki,
jodoh dan kematian. Menurut konsep takdir, rezeki, jodoh dan kematian adalah
ketetapan mutlak sebelum seorang manusia dilahirkan. Karena itu manusia tidak
bisa menolaknya ataupun mengejarnya.
Kematian
manusia adalah akhir kehidupan seseorang atau habisnya umur seseorang. Artinya,
saat ajal seseorang itu tiba, saat itu pula kematian datang menjemputnya. Datangnya
ajal adalah pasti, tidak bisa dimajukan ataupun dimundurkan. Berjihad,
berdakwah, amar makruf nahi mungkar, dan sebagainya, tidak akan menyegerakan
ajal atau mengurangi umur. Begitu pula berdiam diri, tidak berjihad, tidak
berdakwah, tidak beramar makruf nahi mungkar, dan tidak melakukan perbuatan
yang berisiko mendatangkan kematian, Sesungguhnya tidak akan bisa memundurkan
kematian dan tidak akan memperpanjang umur. Semua itu jelas dan tegas dinyatakan
oleh ayat-ayat al-Quran.
Rezeki
seseorang sudah ditetapkan Allah, maka apapun yang terjadi, manusia tidak bisa
mengubah-ubah perolehan rezeki manusia. Sehebat apapun usaha untuk mencari
rezeki kalau Allah sudah mentakdirkan miskin sebelum manusia lahir, maka
miskinlah yang manusia dapatkan, dan sebaliknya. Banyak orang yang telah
berusaha dengan segenap tenaga dan pikirannya, tetapi rezeki tidak datang,
bahkan tidak jarang justru merugi. Sebaliknya, sangat banyak fakta bahwa rezeki
datang kepada seseorang tanpa dia melakukan usaha apapun.
Ini
menunjukkan bahwa usaha bukan sebab bagi datangnya rezeki. Rezeki tidak berada
di tangan manusia. Allah yang menentukan
rezeki itu datang kepada manusia dan Dia memberinya kepada manusia menurut
kehendak-Nya. Takdir kematian atau rezeki mempunyai peranan penting dalam
memantapkan akidah serta menumbuhkembangkan semangat pengabdian. Manusia harus
yakin terhadap adanya ketetapan Allah, sebelum sampai pada ketetapan tersebut
manusia harus aktif dan berpartisipasi. Keaktifan dan partisipasi merupakan
wujud ibadah kepada Allah.
Banyak
orang yang berharap untuk segera dipertemukan dengan jodohnya, namun kadang
kala hingga diusia senja tak pula kunjung mendapatkan jodoh. Biasanya, jodoh
tak kunjung datang itu akibat dari pribadi yang tidak mau berusaha dan berbenah
diri untuk mencari alasan mengapa jodoh tak juga menghampiri manusia. Padahal,
sesuai dengan yang telah di janjikan oleh Allah bahwa manusia diciptakan
berpasang-pasangan, artinya Allah memang telah mempersiapkan seseorang untuk
dijodohkan dengan manusia. Tidak mungkin Allah ingkar, karena Allah maha
menepati janji.
Allah
mendorong hamba-hambaNya untuk berusaha maksimal selain itu juga penting untuk
beribadah. Selain itu Allah juga memerintahkan manusia untuk mencari kenikmatan
dan kebahagiaan duniawi dan ukhrowi. Karena keduanya membentuk keseimbangan
yang harmonis.
D.
Hubungan
Takdir dan Hukum Alam
Takdir
adalah ketentuan Allah yang diberlakukan pada alam semesta (hukum alam).
Segala
kehendak Tuhan telah diwujudkan dalam bentuk takdir/hukum alam. Kemudian Tuhan
mengikatkan kehendakNya pd takdir/hukum alam ini. Takdir tidak pernah keluar
dari hukum alam/sunnatullah.
Mekanisme
alam atau sunnatullah adalah suatu ketentuan yang telah ditetapkan Allah demi
keteraturan, keserasian, dan keharmonisan alam serta kesejahteraan manusia yang hidup di
dunia . Atau dengan kata lain, sunnatullah dapat diartikan sebagai hukum-hukum
Allah yang berlaku di alam raya ini atau biasa disebut sebagai hukum alam.
Hukum-hukum Allah diantaranya ada hukum yang berkaitan dengan alam raya dan ada
pula hukum yang berkaitan dengan manusia. Kalau hukum Allah yang berlaku bagi
manusia dalam kehidupan bermasyarakat, disebut sunnatullah, kalau hukum yang
berlaku antara manusia dengan alam disebut dengan takdir.
Hukum
ini berlaku juga untuk mukjizat, ia tidak akan menyimpang dari hukum alam. Ada
hadist yang menerangkan bahwa umur, rizki, dan jodoh sudah ditentukan. Tuhan
menentukan hukum kematian, hukum mendapat rizki dan hukum mendapat jodoh sama pada
manusia. Tentang kapan manusia mati,
berapa rizki manusia, dan siapa jodoh manusia tergantung seperti apa manusia
menerapkan hukum yang ditentukan Tuhan pada alam ini.
Quraish
shihab berpendapat bahwa sunnahtullah dan takdir itu berbeda, karena
sunnahtullah digunakan dalam al-Quran untuk hukum-hukum Tuhan yang pasti
berlaku bagi masyarakat, sedangkan takdir mencangkup hukum-hukum kemasyarakatan dan hukum-hukum alam.
E.
Faedah
Mengimani Takdir
Beberapa
hal yang berkaitan dengan takdir :
1. Jagat
raya ini semuanya berjalan menurut hukum universal Allah SWT kepada makhluknya.
2. Dalam
diri manusia ada roh, dengan roh itulah manusia hidup. Manusia sama sekali tidak punya kekuasaan terhadap
roh itu.
3. Setiap
manusia lahir kedunia bukan atas kehendaknya sendiri. Manusia lahir tidak
memilih bangsa dan tanah air. Semuanya terlepas dari kehendak dan kekuasaan
manusia.
4. Pada
diri tiap-tiap orang memiliki watak,pembawaan lahir dan bakat yang berbeda satu
sama lain. Masalah tersebut diluar kehendak manusia, melainkan takdir Allah.
5. Tidak
ada seorangpun yang ingin sakit atau gagal. Namun manusia dihadapkan kepada
kenyataan, bahwa pada saat yang tak terduga secara tiba-tiba sakit dan gagal.
Maka sakit dan gagal bukanlah kehendak manusia. Semuanya adalah peranan takdir.
Adapun
beberapa faedah mengimani dan mengetahui takdir- takdir Allah, diantaranya
yaitu:
1. Memberikan
keseimbangan jiwa, tidak berputus asa karena sesuatu kegagalan dan tidak pula
membanggakan diri atau sombong karena sesuatu nikmat.
2. Menjadikan
suatu peningkatan ketakwaan. Keberuntungan maupun kegagalan dapat dianggap
sebagai ujian dari Allah SWT. Ujian akan menilai kualitas iman seseorang dan
untuk meningkatkan takwa, sebagai modal hidup yang paling berharga sebagai
seorang muslim.
3. Tidak
sombong ketika mendapatkan kesenangan dan tidak sedih ketika musibah. Mengimani
takdir bukan berarti menyerah pada nasib. Orang yang menyerah pada nasib menjadikannya
malas dan lamban, serta berhenti pada titik kegagalannya. Sementara itu, orang
yang beriman pada takdir justru tak akan berlarut-larut dalam kesedihan dan tak
akan tenggelam dalam kegagalan. Sadar bahwa apa yang ia raih semata-mata karena
takdir Allah SWT.
4. Menumbuhkan
sifat ridha dan yakin dengan apa yang terjadi. Dengan sebab itu, dia akan
mendapatkan hidayah dari Allah
5. Menjadi
motivasi untuk dihapuskannya dosa.
6. Menjadi
dorongan mendapat balasan yang besar dari Allah
7. Menjadi
seorang yang kaya hati (senantiasa merasa cukup dengan pemberian Allah ).
8. Menumbuhkan
keberanian
9. Tidak
takut terhadap kejahatan manusia
10. Tidak
takut mati
11. Tidak
bersedih karena sesuatu yang luput darinya
12. Bersandar
hanya kepada Allah ketika melakukan sebab (ikhtiar) sehingga tidak bersandar
kepada sebab-sebab semata, karena segala sesuatu terjadi dengan takdir Allah
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Menurut
istilah takdir adalah suatu ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah, menurut
ilmu dan kehendak-Nya, baik sesuatu yang pasti terjadi yaitu telah terjadi
maupun sesuatu yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Yang tidak bisa dihindari oleh manusia jika
waktunya telah tiba, akan tetapi dalam menghadapi ketetapan tersebut, manusia
masih diberikan kebebasan untuk memilih mana yang terbaik bagi diri mereka.
Dapatlah
disimpulkan bahwa didalam menghadapi cobaan atau musibah yang datangnya dari
Allah ada hal-hal yang harus kita terima apa adanya karena kita harus
menerimanya dengan penuh kesabaran dan kerelaan. Namun ada pula ketentuan yang dituntut
kepada kita supaya berikhtiar untuk merubahnya. Dalam hal ini, jika kita tidak
berusaha untuk merubah kearah yang lebih baik, maka kesalahan akan ditimpakan
kepada diri kita sendiri, karena segala sesuatu itu dikehendaki Allah, tetapi
Allah juga bisa merubah yang dikehendaki jika manusia itu mau ikhtiar.
B.
SARAN
Demikian
makalah ini saya susun, semoga dengan membaca makalah ini dapat dijadikan
pedoman kita dalam melangkah, menerapkan dan menjaga keimanan dalam mempercayai
takdir sesuai dengan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Apabila ada
kekurangan dalam penulisan makalah ini, saya mohon maaf yang setulus-tulusnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Muhammad. 2002. Tauhid Ilmu Kalam. Bandung: Pustaka
Setia.
Ali, Mohammad Daud. 1998. Pendidikan Agama Islam. Jakarta:
Rajawali Pers.
Miftah Faridl. 1995. Pokok-pokok Ajaran Islam. Bandung:
Penerbit Pustaka.
Muhammad Chirzin. 1997. Konsep
& Hikmah Akidah Islam. Yogyakarta : Mitra Pustaka
Murtadha Muthahhari. 2003. Pengantar Ilmu-ilmu Islam. Jakarta: Pustaka Zahra.
Sahilun A.Nasir. 2010. Pemikiran Kalam: Teologi Islam. Jakarta:
PT Rajagrafindo Persada.
Shihab, M. Quraish. 2013. Wawasan Al-Qur’an. Bandung: Mizan Media
Utama.
Syed Mahmudunnasir. 1994. Islam, Konsepsi dan Sejarahnya. Bandung:
Rosdakarya.
Toto Suryana, Dkk. 1996. Pendidikan Agama Islam. Bandung: Tiga
Mutiara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar